WELCOME

SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MEMBACA SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MEMBACA SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MEMBACA SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MEMBACA SELAMAT DATANG DAN SELAMAT MEMBACA.

Senin, 27 Februari 2012

PENGERTIAN PUNK




APA ITU PUNK ?


Punk merupakan sub budaya yang lahir di London,Inggris Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.
Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi,sosial dan bahkan masalah agama.


GAYA HIDUP DAN IDEOLOGI 



Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).
Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The beatles, Rolling stone, dan Elvis presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.
Akibatnya punk dicap sebagai musik rock and roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Gaya hidup ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata "ideas" dan "logos" yang berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat ini mulai mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu manfaatkan media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing.


PUNK DI INDONESIA

Berbekal etika DIY, beberapa komunitas punk di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta,Bandung,Surabaya,Jogjakarta dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro.
CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tatto. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja Levi's,addidas,freed perry,nike dan barang bermerek luar negeri lainnya.

Pandangan masyarakat terhadap Punk

Banyak masyarakat Indonesia masih menganggap punk sebagai sampah masyarakat,dan anarkisme padahal bila kita korek lebih dalam,punk itu jauh dari kata-kata anarkisme.Punk lebih condong untuh hidup bebas,merdeka dan mandiri.Banyak yang menyebut punk sebagai komunitas anti kemapanan,arti dari anti kemapanan tersebut bukan berarti mereka anti dengan kekayaan atau uang tapi mereka anti dengan peraturan-peraturan yang mengikat.mereka ingin hidup tanpa peraturan-peraturan yang mengatur hidup mereka.seperti sudah di jelaskan di atas tadi bahwa punk cenderung hidup bebas.







RANCID KECAM RAZIA ANAK PUNK


RANCID KECAM RAZIA ANAK PUNK DI ACEH

 


JAKARTA- Kebijakan razia anak punk yang terjadi di Aceh mendapat protes dari berbagai kalangan. Bahkan, band punk rock asal Amerika, Rancid ikut memprotes kebijakan itu.

Sikap protes itu disampaikan Rancid dalam akun Twitter resminya. Band yang digawangi Tim Armstrong, Matt Freeman, Lars Frederiksen dan Branden Steineckert itu sepertinya ikut simpati atas diskriminasi dan stigma negatif terhadap komunitas punk di Indonesia.

"We hate what's going on with our punk brothers and sisters in Indonesia. Rancid's got your back!," tulis akun Twitter Rancid yang dikutip Okezone, Sabtu (17/12/2011).

Seperti diketahui, Pemerintah Kota Aceh dan pihak kepolisian menggelar razia besar-besaran terhadap para punker di Aceh. Gaya hidup dan penampilan anak punk dianggap bertentangan dengan norma dan mengganggu penerapan syariat Islam di Aceh.(rik)

Skinhead a way of life

SKINHEAD SEBUAH JALAN HIDUP

SKINHEAD adalah sebuah “Way Of Life”..
ok, mungkin semua skinhead, bahkan org2 diluar kultur ini pun tau ttg hal tsb. tp apakah mereka benar2 ‘paham’ & ‘mengerti’, apa yg dimaksud dg “WAY OF LIFE” tsb? secara linguistik/bahasa, Way Of Life diterjemahkan sbg: Jalan Hidup. ketika qta berbicara mengenai sebuah “JALAN HIDUP”, berarti hal tsb meliputi segala hal dlm hidup qta. mengenai pilihan2 hidup. apakah qta akan menjalani hidup sbg orang biasa2 saja, sbg anak muda yg gaul yg tidak pernah ketinggalan trend termutakhir, sbg seniman, sbg politisi, sbg aktivis, ato bahkan sbg org yg hidup dalam dunia sub-kultur; apapun itu: Skinhead, Rude Boys, Mods, Sudehead, Punk, HC Kids..
Skinhead TIDAK HANYA ttg musik, fashionism, gerakan2, ato bahkan organisasi2 belaka. tetapi sekali lg, Skinhead adalah sebuah WAY OF LIFE, sebuah pilihan JALAN HIDUP.. sebagai Way Of Life, Skinhead meliputi cara berpikir (think), bersikap (attitude); yg diterjemahkan melalui tindakan (act), tingkah laku (behaviour); termasuk didalamnya adalah penampilan, musik, serta budaya.
bagaimanakah cara berpikir, bersikap, bertindak, bertingkah laku, penampilan, musik, serta budaya seorang Skinhead? tentunya adalah secara pemuda kelas pekerja (Working Class Youth). hal tsb bukan secara sembarangan, tetapi mengacu pada sejarah kemunculan Skinhead sendiri, serta prinsip2 Skinhead yg berlaku hingga saat ini.
Skinhead muncul sbg reaksi penolakan thd Mods, yg sudah tidak karuan orientasi hidupnya, & sudah mulai meninggalkan akar2 kelas pekerjanya. kemudian mulai terbentuk gang2 Hard Mods (Lemon Heads), yg masih mempertahankan akar serta kebudayaan anak2 muda kelas pekerja. yg jg masih setia beraliansi dg kawan2 kelas pekerja imigran Jamaika mereka (Rude Boys), beserta kebiasaan (custom) & budaya yg dibawa. persatuan dua budaya anak muda inilah, kondisi sosial disekitarnya, serta perubahan2 yg melingkupinya, pada akhirnya memunculkan kosakata baru.. yaitu SKINHEAD!
qta sebagai seseorang yg mengaku sebagai Skinhead, tentunya tidak ingin hanya jatuh pada musikisme, fashionisme, gerakanisme, organisasi-isme, ato bahkan malah komersialisasi belaka. tetapi benar2 mendedikasikan diri qta pada pilihan hidup Skinhead qta. secara gampang/sederhana, Way Of Life Skinhead dapat diterjemahkan: bagaimana qta berpikir, bersikap, bertindak, bertingkah laku, serta mempunyai kebiasaan2 hidup sehari2 sesuai dg prinsip2 Skinhead. yaitu prinsip2 anak muda kelas pekerja, beserta kesejarahan (historis) Skinhead itu sendiri. sehingga qta jg tidak akan terjatuh pada kebanggaan2 kosong/buatan belaka..
secara lebih luas, penerapan Way Of Life Skinhead, adalah tindakan qta untuk & demi kultur Skinhead. sekali lg, tentunya hal ini harus sesuai dg Akar (Roots) dr kultur Skinhead, yaitu: SPIRIT OF ‘69. sebuah Spirit/Semangat yg muncul dimasa kejayaan kultur Skinhead orisinil di tahun 1969..
dg benar2 menjalani SKINHEAD SEBAGAI SEBUAH WAY OF LIFE, maka qta tidak akan terombang-ambing dlm pasang surut kehidupan. datang & berlalunya genre musik, fashion, politik gerakan, organisasi, tidak akan merisaukan. karena qta mempunyai pegangan, yaitu Way Of Life Skinhead.
bermacam problem hidup, badai yg menghantam jg tidak akan menjadi masalah; apabila qta benar2 ‘mengerti’, ‘paham’, & ‘menjalankan’ prinsip2 hidup Skinhead..
maka, tinggal hanya waktu yg menentukan.. apakah seseorang konsisten dg jalan hidup yg dipilihnya. konsisten disini, tentunya bukan konsistensi kosong belaka, tetapi memiliki kualitas yg telah teruji. baik secara kualitas ‘pemahaman’, maupun kualitas ‘penjalanan’ Skinhead sbg Way Of Life.
apakah qta akan menyerah, ato tidak. apakah qta sudah merasa lelah, ato belum dlm menjalani Way Of Life ini; kembali ke masing2 individu. sekali lg waktu yg akan berbicara. semua akan terlihat dg jelas, seiring berjalannya waktu..
kemenangan (victory), & kejayaan (glory) kultur Skinhead orisinil, seperti di tahun ‘69; hanyalah menunggu saat & momentum yg tepat..

KINHEAD SEBUAH JALAN HIDUP Perkembangan Budaya Selanjutnya Terlepas dari sebuah ketetapan hati bahwa menjadi Skinhead adalah ‘kontrak seumur hidup’, namun pada kenyataannya akan tiba waktu di mana setiap Skinhead meninggalkan Jeans dan Levi’s Stapress, kemeja Ben Sherman, Bretel (suspender) dan Dr Marten Boots-nya. Itulah kenyataan hidup yang harus kau hadapi, kau tak bisa lagi bergaya seperti seorang berandalan jalanan saat umurmu mendekati 30 tahun bahkan lebih, karena kehidupanmu harus terus berlanjut ketingkatan yang lebih tinggi, bekerja, menikah dan mempunyai anak-anak yang harus kau hidupi. Apalagi jika penampilan tersebut mulai mengganggu kehidupan sosialmu, ‘terima kasih pada Media yang telah dengan suksesnya membunuh karakter budaya Skinhead’. Di awal dekade 70-an jangan harap kau dapat pekerjaan jika orang-orang tahu kalau kau adalah seorang Skinhead, kau akan segera di tolak jika datang melamar pekerjaan dengan memakai ‘seragam’ Skinhead-mu, kalaupun jika kau mendapatkan pekerjaan itu, maka mereka menyuruhmu untuk menumbuhkan rambutmu. Skinhead benar-benar sesosok mahluk yang di tolak keberadaannya saat itu, dan ‘Media adalah dalang di balik semua ini, mereka dengan sukses membentuk anggapan bahwa Skinhead tak lebih dari sekedar Gangster botak yang kejam, tak berperasaan dan tak berotak’. Seorang Skinhead tanpa alasan yang tepat bisa saja di tangkap polisi bahkan ketika dia sedang duduk-duduk di taman, sedang minum bir di pub, atau saat membeli tiket pertandingan sepak bola. Hidup benar-benar berat bagi mereka saat itu, mereka adalah kaum terbuang dari masyarakat yang munafik. Yah…..sering kali dalam hidup ini kita harus berurusan dengan hal-hal yang kita benci, tapi kita harus melakukannya jika ingin bertahan hidup. Hal itulah yang terjadi dengan para Skinhead di awal tahun1970-an, di satu sisi mereka cinta dengan budaya yang ‘mengontrak’ mereka seumur hidup, namun di sisi lain hidup mereka pun harus terus berlanjut, mereka tak bisa selamanya hidup di bawah ketiak Ayah dan Ibunya, prioritas hidup mereka kini telah berubah. Akibat dari keadaan tersebut adalah: memasuki tahun 1970 banyak Skinhead yang menumbuhkan rambutnya menjadi sedikit lebih panjang agar tidak di kenali orang-orang awam sebagai seorang Skinhead, hooligans, bovver boys atau sebutan apapun yang berkonotasi negatif. Setelan jas yang tadinya hanya di pakai pada kesempatan tertentu kini di pakai hampir setiap hari. Pakaian menjadi sedikit lebih kalem, bahkan sepintas seperti Mods. Levi’s sta-press, kaus fred perry, kemeja ben sherman, jaket harrington, bahkan crombie kini semakin populer di pakai, di kemudian hari bahkan muncul sebuah sebutan baru yang menjadi sub-budaya Skinhead bernama Crombie boys. Sepatu loafers terkadang di pakai sebagai ganti Boots yang berkonotasi negatif (saat itu jika kau memakai boots maka kau diidentikkan dengan orang-orang yang melakukan kekerasan di teras sepakbola). Lalu muncullah sebutan baru bagi mereka, sosok Skinhead yang lebih kalem: ‘Suedehead’, sebuah nama yang mengacu pada rambut mereka yang lebih panjang dari pada Skinhead pada umumnya (tak terlalu panjang, hanya sampai bisa di sisir rapih, biasanya di sisir belah pinggir). Para Skinhead girl yang lebih di kenal sebagai Chelsea pun ikutan memanjangkan rambutnya, mereka meninggalkan potongan feather cut dan menata rambutnya menjadi lebih feminim lagi. Apakah sebuah budaya baru telah lahir…?? Tidak juga…!! Karena semenjak awal perkembangan budaya Skinhead sudah ada sekelompok Skinhead yang berpenampilan seperti Suedehead. Lagi pula ada hal yang lebih penting daripada pakaian yang dapat dengan mudah di beli, hal itu adalah pola pikir dan nilai-nilai dasar budaya Skinhead yang tak pernah di tinggalkan oleh para Suedehead ini. Tidak seperti ketika Mods berevolusi menjadi Skinhead di akhir 60-an dulu yang di sebabkan oleh masalah kelas dan ekonomi sehingga mengakibatkan perubahan pola pikir, perubahan dari Skinhead menjadi Suedehead sama sekali tak melibatkan masalah ekonomi dan kelas. Perubahan itu lebih di sebabkan oleh tekanan dari media dan masyarakat, bahkan lebih kepada masalah fesyen saja. Buktinya tingkah laku berandalan mereka tidaklah hilang sama sekali, mereka tetaplah keras, pemberani dan doyan berkelahi. Kebiasaan membawa-bawa senjata tajam ke teras sepak bola pun tetap mereka pelihara, bahkan kini mereka membawa payung yang di tajamkan ujungnya sebagai senjata (jadi bukan sebagai pelindung di kala hujan), yah….Sekali petarung jalanan, salamanya petarung jalanan, bukti bahwa hal itu adalah kontrak seumur hidup. Memasuki tahun 1971 bahkan para Suedehead mulai memanjangkan rambutnya menjadi lebih panjang dari sebelumnya. Potongan rambut ini hampir seperti potongan rambut orang kebanyakan, biasanya pendek di bagian atas dan sedikit panjang di bagian samping dan belakangnya (mirip potongan feather cut tapi tak se-ekstrim itu). Lalu sebutan baru pun muncul bagi mereka: Smoothy, yang mengacu pada model rambut baru mereka. Pakaian yang di kenakan pun kini berubah, para Smoothy berdandan lebih kasual ketimbang Suedehead ataupun Skinhead. Mereka biasanya memakai kaus tak berkerah dan kemeja, namun ben sherman bukanlah lagi pilihan yang populer, celana bahan biasa, jumpers,dan yang paling penting tentu saja Crombie. Boots kini hampir-hampir di tinggalkan sama sekali, sebagai gantinya adalah sepatu kasual yang biasa di pakai pekerja kantoran, namun pada beberapa kesempatan Boots tetap di pakai. Para wanita Smoothy pun mempunyai sebutan tersendiri, yaitu: Sorts, Skinhead memang sebuah budaya yang lebih berorientasi laki-laki, namun dalam perkembangannya para Skinhead girl pun mengembangkan cara berpakaiannya sendiri yang cukup unik. Para Sort ini berambut lebih panjang dari pada Skinhead ataupun Suedehead girl, mereka memakai kemeja Brutus, rok pendek yang lebar di bagian bawahnya, dan sepatu Ravel (sejenis sepatu Beebop yang biasa dipakai perawat). Bagi kebanyakan orang para Smoothy berpenampilan ‘normal’ layaknya mereka, bahkan mata rantai hubungan mereka dengan budaya Skinhead hampir-hampir hilang sama sekali, hal itulah yang membuat mereka tak terlalu populer dan menghilang seiring dengan masuknya budaya Punk ke Inggris. Para Smoothy sebenarnya mempunyai ‘saudara kembar tak identik’, yaitu para Bootboys. Bootboys termasuk budaya yang mampu bertahan dan memasuki era 70-an dengan selamat. Kekerasan di teras sepak bola mencapai level tertingginya selama musim kompetisi 1970-1971 dan terus berlanjut di musim kompetisi 1971-1972, inilah yang menandai kembalinya budaya Bootboys setelah sempat hilang di telan histeria budaya Skinhead tahun 1969 lalu. Dalam hal penampilan luar Bootboys ini memang mirip para Smoothy terutama dalam hal penampilannya yang kasual. Hal yang membedakannya dengan Smoothy adalah para Bootboys ini mewakili penampilan teras sepak bola yang keras dan gahar, sementara Smoothy penampilannya lebih ‘resmi’ dan mewakili kehidupan klub-klub malam di Inggris. Terlebih lagi Smoothy dan Suedehead adalah budaya yang lebih banyak berkembang di selatan Inggris, sedangkan Bootboys adalah budaya yang berkembang di utara Inggris di mana sepak bola lebih populer daripada musik Reggae dan Soul. Musik dan fesyen memang menjadi nomor dua dalam hidup seorang Bootboys, nomor satu tentunya adalah sepak bola dan kehidupan Gank. Kalaulah ada barang yang wajib di pakai oleh seorang Bootboy, maka sepasang Dr Marten Boot lah itu, sedangkan celana dan baju tidak menjadi masalah. Reggae dan soul tetap populer di sebagian mereka sedangkan sebagian lagi memilih mendengarkan musik apapun yang saat itu populer termasuk Glam Rock yang merupakan pengembangan dari Progresif Rock-nya para hippies. Kebanyakan Bootboys ini pada kenyataannya ‘pernah menjadi’ Skinhead, walaupun tak melewati fase perkembangan Suedehead dan Smoothy. Memasuki tahun 1972-1974 terlepas dari Boots dan kebiasaan berkelahi di teras sepak bola, budaya Bootboys ini mempunyai sedikit sekali hubungan dengan Skinhead, kelak kedua budaya ini rujuk kembali bersamaan dengan munculnya Punk generasi baru yang lebih di kenal dengan sebutan Oi! / Street Punk. Namun semua perkembangan budaya yang sudah di jelaskan di atas tadi tidaklah sama di semua kota di daratan Inggris, contohnya di beberapa tempat sudah mengalami fase Smoothy pada pertengahan 1970, sementara di tempat lainnya tak melewati fase Skinhead sampai 1975. Umumnya bahkan terjadi percampuran fesyen dari masing-masing fase, artinya Skinhead, Suedehead, Smoothy dan Bootboys bahkan Mods pada saat yang sama. Jika ada Skinhead yang sangat terkenal populeritasnya di era 70-an (bahkan hingga hari ini), maka Joe Hawkins-lah orangnya. Joe adalah seorang Skinhead seutuhnya, ia berdandan rapih, keras, menyukai Reggae (kemudian Oi! dan Street Punk), dan gemar mematahkan tulang rusuk para Hippies dengan sepatu bootsnya. Sayangnya Joe tidaklah nyata, ia adalah tokoh khayalan dari seorang pengarang novel bernama Richard Allen. Novel berjudul Skinhead tersebut di terbitkan pada tahun 1970, dan langsung mendapatkan perhatian nasional bahkan termasuk dalam daftar 10 buku terlaris saat itu karena isinya yang eksplisit menggambarkan kehidupan Joe yang brutal dan penuh kekerasan, sebuah kenyataan yang sebenarnya di alami para Skinhead. Kesuksesan novel Skinhead ini segera di susul oleh novel-novel berikutnya di mana Joe tetap menjadi tokoh utamanya, yaitu: Suedehead, Smoothies, Bootboys, Terrace Warrior, Punk Rock, Mod Rule, Skinhead Girl, Skinhead Escape, Troubble For Skinhead, Sorts, Top Gear Skins, Skinhead Farewell, Glam, Terrace Teror, Knuckle Girls, dan Dragon Skins. Tahun 1970 terbit sebuah film berjudul Clockwork Orange yang di sutradarai oleh Stanley Kubricks. Film ini menceritakan seorang pemuda bernama Alex, seorang pemimpin gank yang terobsesi berbuat kekerasan, memukuli orang tanpa alasan yang jelas dan memperkosa bahkan membunuh. Di film itu Alex dan gank-nya berdandan ala seorang petarung jalanan: Riasan berupa bulu mata palsu di mata sebelah kanan (atau kadang-kadang memakai topeng badut) baju dan celana putih, payung yang di tajamkan ujungnya, dan di lengkapi dengan pelindung yang dipakai petinju untuk melindungi organ vitalnya, dan yang paling penting tentu saja sebuah topi Bowler.Yang membuat Alex mirip dengan Skinhead adalah sepatu Bootsnya, di tambah dengan tindakan Alex dan gank nya yang khas para Skinhead, benar-benar sebuah penampilan dan tingkah laku Horor…!!! Terlepas dari film ini sangatlah kontroversial dan dilarang peredarannya, kenyataannya Clockwork Orange menginspirasi sekelompok kecil Skinhead. Mereka mulai berdandan ala Alex dan gank nya, melakukan kekerasan ekstrim, dan sebuah sub-budaya baru dari budaya Skinhead pun lahir: Clockwork Skinhead. Film ini kelak juga menginspirasi lagu-lagu beberapa band Oi! dan street punk seperti The 4 Skins, The Violators, The Last Resorts, Angelic Upstart, Major Accident dan yang paling legendaris The Addicts. Era ini juga adalah untuk pertama kalinya muncul ‘Band Skinhead’ bernama Slade. Masih diperdebatkan sampai saat ini apakah para anggota Slade adalah benar-benar Skinhead atau bukan, namun kenyataannya saat itu mereka berdandan layaknya seorang Skinhead. Sayangnya memasuki tahun 1971 Slade berubah menjadi band Glam rock dengan rambut gondrongnya, tapi tak dapat dipungkiri kalau band ini adalah band yang sangat berpengaruh pada Cock Sparrer, band favorit Skinhead sepanjang masa. Mereka kembali dihubungkan dengan Skinhead saat mereka main di Great British Music Festivals 1978 saat terjadi perkelahian antara Mods dan Skinhead ketika The Jam naik ke panggung dan berakhir dengan insiden penikaman seorang Mods oleh seorang Skinhead. Memasuki pertengahan tahun 1975, Skinhead benar-benar hampir hilang dari daratan Inggris, seiring dengan menjauhnya Reggae dan Soul dari kehidupan anak-anak kelas pekerja Inggris. Kini tinggallah para Bootboys yang mengadopsi musik para Hippies seperti Glam rock ala Slade dan Mott The Hoople sebagai budayanya. Pada tahun yang sama Judge Dread merilis lagu Bring Back The Skins dalam albumnya yang paling legendaris Last of The Skinhead. Lirik di lagu itu yang seakan bernostalgia pada masa-masa keemasan Skinhead di tahun 1969 dulu itu tak lama lagi akan menjadi kenyataan. Anak-anak kelas pekerja yang keras dan menguasai jalan-jalan di se-antero Inggris kembali lagi, kali ini dengan penampilan baru, namun tetap dengan semangat yang sama, semangat Jalanan. Ya…Skinhead kembali lagi, kali ini dengan sebuah pergerakan musik baru bernama Street Punk…

SEJARAH SKINHEAD & MUSIK Oi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitalfgOvIj-qBr7b6b_tMsnf27EsjtNWA2_JMoA6NJKyeVWERSN2eWi6vex8WRI-rkEl18FrDTdoZOZ1Wfxbt5dftxE8WPeyhCodAhoXPVuSfTdMnBMpSOZzelmbftge-oB7Lb3HX7ueVR/s320/skinhead_laurel.gif
Skinheadadalah suatu sub-budaya yang lahir diLondon,Inggris pada akhir tahun1960-an. Sekarang Skinhead sudah menyebar ke seluruh belahan bumi. NamaSkinheadmerujuk kepada para pengikut budaya ini yang rambutnya dipangkasbotak. Sebelum bermulanya era Skinhead, ada golongan remaja yang dipanggil Mods yang menjadi pemula kepada skinheads.
Musik Oi,masuk ke Indonesia sekitar tahun 90-an. Ketika terjadi booming Ska di Indonesia saat itu, bermunculan banyak skinhead. Pendengar musik ini selain Skinhead juga ada punks, rude boys, ska, mods dan herberts (orang yang suka dengan Oi! tapi bukan skinhead atau punks). Irama Oi cenderung beat cepat dan lirik lagu dibawakan layaknya musik hardcore. Untuk tetap eksis dan juga memperingati hari Kebangkitan Nasional, skinhead berkumpul di Bali untuk mengelar konser musik “Bali Shinhead Jambore – Indonesia Bersatu" di Jak Resto, Sunset Road, Kuta (20/05).
Menurut salah satu band Oi! asal Bali, Workman, konser ini bertujuan untuk mempererat komunitas skinhead Indonesia, juga untuk menumbuhkan semangat nasionalisme anak bangsa. Mereka membawakan lagu ciptaan sendiri tentang patriotisme, nasionalisme, kelas pekerja dan juga tentang hidup ala skinhead. ”Lirik lagu dalam Oi! merupakan musik para skinhead yang liriknya tentang kehidupan skinhead sendiri, patriotisme, nasionalisme dan cenderung bercerita tentang anti-rasis, fasis, protes, kelas pekerja kebersamaan serta sepak bola menjadi inspirasi. “Lagu tersebut dibawakan dengan alunan musik yang cepat dan memakai suara hardcore,” jelas Tiger vokalis grup Workman.
Tribun Timur band asal Malang, lewat gitarisnya, Haris alias Pistol mengungkap bahwa musik Oi bukanlah prioritas bagi kaum skinhead, terlebih hanya untuk menyalurkan hobi dan sebagai ungkapan hati atas kejadian sekeliling, sepak bola, kehidupan jalanan skinhead, nasionalisme dan patriotisme. “Lewat musik Oi! pesan yang ingin disampaikan lebih cepat diterima kalangan muda. Selain itu untuk mempersatukan komunitas skinhead yang eksistensinya di Indonesia tidak begitu terlihat. Namun, musik bukanlah nomor satu bagi skinhead, terpenting adalah bagaimana tetap bertahan hidup dan bekerja keras, solidaritas antar sesama manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik,” Oi Oi Oi.......
APA ITU SKINHEAD??
Skinhead adalah suatu sub-budaya yang lahir di London , Inggris pada akhir tahun 1960-an . Sekarang Skinhead sudah menyebar ke seluruh belahan bumi. Nama Skinhead merujuk kepada para pengikut budaya ini yang rambutnya dipangkas botak . Sebelum bermulanya era Skinhead, ada golongan remaja yang dipanggil Mods yang menjadi pemula kepada skinheads.Meskipun Skinhead banyak diasosiasikan dengan kelompok orang-orang yang rasis dan Neo-Nazi , namun Skinhead yang sebenarnya tidaklah Neo-Nazi, karena pada awalnya Skinhead adalah kaum tertindas dari kelas pekerja (utamanya buruh pelabuhan) di London , Inggris . Skinhead juga bisa merujuk kepada kepada kelompok orang (biasanya remaja) yang merupakan fans musik Oi!/streetpunk dan juga punk...


SEJARAH

Skinhead merupakan subkultur yang bermula di Inggris pada era ‘60-an, ketika Mods sedang mengharubiru kaum muda Inggris. Mods yang pada awalnya didominasi kaum muda yang berasal dari kalangan menengah ke atas kemudian mewabah dan menyentuh setiap kalangan. Tidak terkecuali kalangan pekerja alias working class. Para pemuda dari kalangan tersebut meskipun harus bekerja keras tiap hari, sebagian malah sebagai buruh kasar atau buruh pelabuhan, namun tetap memiliki cita rasa tinggi dalam memilih life style tertentu. Mereka berusaha mengadaptasi life style yang berkembang dengan pola hidup, selera serta kemampuan dompet...

Maka pada sekitar tahun 1965, dalam dunia Mods dikenal pula istilah Smooth Mods (Peacock Mods) yang terdiri dari kalangan menengah stylish dengan pilihan kostum yang mahal serta Hard Mods (lemonheads, gang mods) yang terdiri dari kaum pekerja dan merupakan cikal bakal dari Skinheads...

Hard mods kemudian baru dikenal sebagai kaum Skinheads sekitar tahun 1968. Generasi pelopor Skinheads tersebut biasanya disebut Trads (Traditional Skinheads) atau Trojan Skinheads, sesuai dengan nama label Trojan Records...


STYLE dan ATTITUDE

Kaum Trads ini mudah dikenali dari setelan seperti Dr,martens boots shoes, shirt button-up Ben Sherman, polo Fred Perry, Bretel/suspender, celana jeans semi ketat, monkey boots, jaket jeans, jaket Harrington, V neck Sweater dls. Serta yang terpenting adalah potongan rambut yang pendek, berbeda dengan gaya rambut mods pada umumnya. Pilihan akan jenis rambut yang pendek ini lebih disebabkan alasan kepraktisan. Terutama karena sebagian besar lapangan pekerjaan yang tersedia tidak membolehkan pekerja berambut gondrong apalagi bergaya acak tidak beraturan. Selain itu, potongan rambut pendek dianggap sebagai keuntungan sewaktu harus menghadapi kehidupan jalanan yang keras ketika itu. Ada pula yang berpendapat bahwa pilihan berambut pendek merupakan counter terhadap life style kaum hippie yang dianggap mewah dan juga sedang berkembang pada masa tersebut. Lebih jauh lagi, suatu kisah menceritakan bahwa pilihan tersebut berasal dari kaum pekerja pelabuhan, seperti di kota Liverpool, yang memotong pendek rambut mereka untuk menghindari kutu yang banyak terdapat di sekitar pelabuhaan...


MUSIK

Karena Skinhead sendiri pada dasarnya adalah suatu subkultur bukannya sebuah genre atau aliran musik, pilihan musiknya pun bisa beragam.

Yang pertama tentunya adalah roots mereka yang berasal dari Mods, para Trads pun pada awalnya sangat terpengaruh musik RnB ala British seperti dari The Who, The Kinks dls. Namun, mereka juga terinspirasi oleh style ala Jamaican Rude Boy yang juga populer di Inggris pada zaman itu. Rude Boy atau rudy merupakan sebutan untuk para imigran Jamaika yang berkulit hitam pencinta dansa dan musik asal mereka spt desmond dekker, lord tanamo, the skatalaties...

Hasilnya, para Trads pun sangat menggemari musik ska, reggae, rocksteady, bahkan sampai musik soul dls. Maka terkadang, seorang Skinhead pun ikut menikmati alunan dari seorang penyanyi soul seperti Aretha Franklin misalnya...

Dari roots tersebut dapat ditelusuri bahwa pada dasarnya Skinhead sama sekali tidak identik dengan rasis. Sebagaimana pendapat awam pada umumnya. Karena mereka pun menikmati kultur dari masyarakat kulit hitam. Bahkan, banyak juga Skinhead yang berkulit hitam dan berwarna kulit lainnya...


RASISME

Mereka mendapat cap rasis pertama kali ketika beberapa Skinhead terlibat clash beberapa kali dengan imigran Pakistan dan imigran dari Asia Selatan (mereka menyebutnya Paki-Bashing) di Inggris pada era '60-an. Tindak kekerasan yang biar bagaimanapun tidak bisa dibenarkan tersebut dipicu oleh masalah pekerjaan. Di mana para Skinhead yang merupakan kaum pekerja tersebut merasa lahan pekerjaan mereka semakin sempit terdesak oleh kedatangan imigran yang bersedia dibayar lebih rendah. Label rasis kemudian semakin melekat, salah satunya setelah beberapa Skinhead tergabung dan dihubungkan dalam organisasi white power, National Front yang terbentuk di awal '70-an. Militansi dan karakter Skinhead yang keras khas kaum pekerja sempat membuat mereka dijadikan alat maupun berbagai kepentingan politik. Termasuk dihubungkan dengan paham Neo Nazi. Meskipun sejarah maupun kenyataan yang ada bisa menunjukkan fakta yang berbeda...

Sama dengan nasib Mods leluhurnya, pamor Skinhead sempat meredup di era '70-an, setelah sebelumnya mencapai puncak popularitas mereka pada tahun 1969.
Mereka kemudian bangkit kembali, bersamaan dengan kelahiran musik punk pada sekitar tahun 1977 hingga sampai saat ini....

tapi sebenarnya untuk tau apa itu SKINHEAD anda harus menjadi seorang SKINHEAD, karena SKINHEAD bukanlah metode pembelajaran ataupun gaya hidup karena SKINHEAD adalah pilihan hidup...!!


PUSTAKA MEDIA

'THIS IS ENGLAND'_movie
'ROMPER STOMPER'_movie
'AMERICAN HISTORY X'_movie
'SKINHEAD ATTITUDE'_movie

'SPIRIT of 69'_book
'SKINHEAD BIBLE'_book

FENOMENA MUSIK DI INDONESIA


FENOMENA  MUSIK DI INDONESIA

Apa yang anda pikirkan ketika melihat boy band atau girl band manggung di acara tivi ?? apa yang anda pikirkan ketika melihat mereka muncul di acara infotainment ?? pasti anda langsung bertanya-tanya siapa sih artis yang barusan nongol di panggung atau acara infotaiment itu.Karena kebanyakan dari mereka baru-baru ini saja sering nongol di tivi.yak ! boy band dan girl band memang sedang menjamur di industri musik Indonesia,mereka muncul bagaikan virus yang cepat menyerang muka bumi Indonesia kehadiran mereka seakaan tidak bisa terbendung lagi.Satu per satu muncul boy band atau girl band baru,bahkan mereka yang awalnya tidak tahu apa-apa.Ketika melihat boy band atau girls band muncul di tivi ingin langsung merubah gaya mereka menjadi boy band ayau girl band seperti di tivi, mereka ingin meraih popularitas dalam sekejap,aji mumpung istilahnya mumpung boy band dan girl band lagi booming-boomingnya mereka manfaatkan situasi dan kondisi itu untuk menjadi terkenal  bahkan mereka seperti bermimpi menjadi superstar.

Mari kita flashback ke awal-awal tahun 2010 lalu,Dulu musik bergenre melayu juga sedang booming-boomingnya bahkan lebih booming ketimbang kasus-kasus korupsi yang sedang berkembang pada saat itu,band-band melayu seakaan tiada henti bermunculan di tengah-tengah industri musik Indonesia yang telah terbutakan oleh materi.Mereka lebih mementingkan uang semata ketimbang kreatifitas dalam bermusik.mungkin bagi mereka uang adalah segalanya.

Industri musik di Indonesia seakaan-akan matanya sedang tertutup mereka lupa bahwa di Indonesia banyak aliran-aliran musik atau genre-genre musik yang lain, seperti Rock,SKA,Reggae,Punk,dan semacamnya , memang tidak ada yang bisa menjamin bila genre-genre musik tadi di eksploitasikan lebih oleh media masyarakat akan menyukainya, tapi paling tidak masyarakat di beri opsi lebih dalam memilih aliran musik.Coba anda bayangkan saat ini hampir setiap stasiun televisi menyayangkan boy band atau girl band ! jujur saya sendiri pun muak melihat mereka selalu tampil di televisi ! mereka tidak lebih berkualitas di bandingkan oleh seorang pengamen jalanan,walaupun,memang ada sebagian di antara mereka ( boy band dan girl band maksudnya ) yang benar-benar berkualitas tapi itu hanya sebagian kecil ! sisanya mereka hanya ikut-ikutan karena ingin meraih popularitas dengan cara yang singkat !

Setelah trend boy band kacrut ini menghilang entah genre musik aneh apalagi yang meledak di industri musik tanah air kita.Semoga saja musik ciri khas Indonesia seperti dangdut atau keroncong yang bisa booming di industri musik kita daripada harus melihat budaya negara lain di bawakan oleh anak-anak bangsa.





Selasa, 21 Februari 2012

Sebenarnya Supporter Indonesia Bersahaja Lho


Sebenarnya Supporter Indonesia bersahaja loh.



Rasanya tidak akan habis untuk membahas sepakbola, ada saja yang menarik diperbincangkan. Mulai dari klub, pemain, stadion, kostum, hingga supporter. Sepp Blatter pernah mengatakan jika Indonesia adalah Brasil-nya Asia untuk supporter. Bahkan yang terbaru Coach Rahmad Darmawan mengatakan jika sekarang tidak ada yang dapat dibanggakan dari sepakbola Indonesia kecuali fanatisme supporternya. Dua pernyataan yang tentu saja cukup mewakili pengakuan kepada para supporter Indonesia yang terkenal fanatik.
Namun ternyata terkadang fanatisme supporter Indonesia dianggap sebelah mata. Masih banyak yang berpikir dan berkata jika supporter Indonesia tukang rusuh, hanya sekumpulan orang pengangguran yang suka buat onar dan cap negatifnya. Saya berani berkata pikiran dan pernyataan mereka SALAH!
Menurut saya ada dua yang membuat orang mempunyai persepsi negatif tentang supporter Indonesia. Yang pertama karena mereka belum pernah menonton langsung sepakbola ke stadion, jadi mereka belum mengetahui keadaan yang sebenarnya supporter Indonesia. Diibaratkan kalau minum kopi, mereka itu sebelum minum kopi sudah mengatakan jika kopi itu pahit, padahal belum tentu, mereka hanya melihat warnya saja. Dan yang kedua karena media di Indonesia yang terkadang terlalu berlebihan memberitakan kegiatan negatif supporter seperti tawuran dll. Sedangkan kegiatan postifnya hampir tidak tersentuh sama sekali. Good news is bad news.
Kebanyakan orang berpikir dan mengatakan jika sepakbola mancanegara lebih berkualitas dari sepakbola Indonesia, begitu juga supporternya. Secara kualitas memang sepakbola masih sedikit tertinggal dari negara lain, namun sesuatu hal yang tidak bisa secara kasat mata yang membuat rakyat Indonesia begitu mencintai sepakbola, terutama Timnas Indonesia disaat kondisi sepakbola yang terpuruk. Buktinya puluhan ribu tumplek blek di dalam Stadion Gelora Bung Karno ketika timnas bermain. Jutaan rakyat bersedih ketika timnas kalah dan jutaan rakyat berteriak kemenangan ketika Indoensia menang. Seolah tidak ada alasan bagi rakyat Indonesia untuk membenci sepakbola di tengah konflik sepakbola nasional.
Memang diakui kualitas sepakbola Indonesia tertinggal dari negara-negara Eropa bahkan Asia. Tetapi kalau ada yang mengatakan jika kualitas sepakbola Indonesia berbanding lurus dengan kualitas supporter tanah air itu salah. Orang beranggapan jika supporter di Inggris begitu “santun”, apalagi melihat jika stadion di Inggris tanpa pembatas yang menurut pandangan orang itu menandakan jika penonton Inggris anti anarkis dan tertib.
Sedikit cerita, di Inggris dan Eropa sana seluruh penonton sepakbola bisa dikatakan lebih brutal dari pada Indonesia, mereka sebelum masuk stadion minum dulu di bar-bar dekat stadion. Mereka jika berkelahi diluar stadion bahkan terkadang sampai saling tusuk, di Indonesia sangat jarang terjadi saling tusuk, kebanyakan saling lempar batu. Selain itu media disana tidak terlalu membesarkan masalah negatif seperti itu karena dianggap akan memalukan negara. Sangat berbeda dengan kita yak.
Di Eropa supporter dikelola oleh klub, tidak seperti di Indonesia supporter bisa dikatakan berdiri sendiri. Di Eropa tidak ada organisasi suporter macam Beladas, Singa Mania, Jak Mania, Viking, La Mania dll. Di Eropa tur ke kandang lawan juga dikoordinir oleh klub, sehingga lebih seperti agen perjalanan. Dan yang mungkin sering tidak kita lihat saat nonton sepakbola luar negeri, terutama Inggris penonton yang beradas di stadion kebanyakan orang luar Inggris yang bisa dikatakan turis. Sangat berbeda bukan dengan sistem per-supporteran Indonesia?
Selain itu di luar negeri supporter akan dihukum berat tidak boleh masuk stadion jika berulah di stadion. COntohnya pendukung Glaslow Celtic yang menyentil Kiper AC Milan Nelson Dida yang tidak bisa masuk stadion sampai dia mati. Sangat kejam bukan, sangat berbeda dengan di Indonesia yang bahkan stadion sampai hancurpun tidak ada efek jera. Kebanyakan di Indonesia, supporter yang berulah di dalam stadion dimasukkan ke penjara polisi. Padahal jelas FIFA mengatur jika terjadi pelanggaran di dalam stadion maka dihukum dengan “hukum bola”. Misalnya seperti pemberian hukuman supporter Celtic tadi diatur oleh sistem membership supporter klub. Sehingga segala tindak tanduk supporter diatur oleh klub. Klub juga bertanggung jawab terhadap tiket tandang supporter, akomodasi ketika tur, bahkan jika klub kalah memalukan saat pertandingan tandang biaya tur akan dikembalikan penuh. Beda dengan Indonesia yang kalah menang pakai uang sendiri karena supporter tidak
diatur oleh klub.
Di luar negeri juga istilah rasis berbeda dengan di Indonesia, di Indonesia chant ”…dibunuh saja..” itu termasuk rasis. Padahal menurut Kamus Besar bahasa Indonesia rasisme diartikan sebagai paham atau golongan yang menerapkan penggolongan atau pembedaan ciri-ciri fisik ( seperti warna kulit ) dalam masyarakat.
Sepakbola Indonesia dan Supporter Indonesia jelas beda dengan Sepakbola dan Supporter Mancanegara. Sepakbola dan Supporter Mancanegara mungkin lebih terib, teratur, dan waah dibanding dengan sepakbola dan supporter Indonesia. Tetapi percayalah tidak ada alasan bagi rakyat Indonesia untuk tidak menyukai sepakbola dan membenci sepakbola nasional yang tengah dirundung konflik. Lihatlah sepakbola dan supporter Indonesia dari berbagai sudut pandang, yang terpenting sudut pandang sosial dan budaya yang terkadang dianggap sebelah mata.
Jangan sampai kita memuji sepakbola manca negara tetapi malah mengecilkan sepakbola nasional. Jangan sampai kita lebih mencintai sepakbola manca negara dari pada sepak bola nasional. Jadikan sepakbola manca negara sebagai pembanding dan contoh untuk memajukan sepakbola nasional karena tugas kita untuk memajukan sepakbola nasional.
Mungkin hanya sepakbola yang bisa menyatukan rakyat negeri ini di tengah berbagai perbedaan, konflik, dan segala macam permasalahan yang mendera negeri ini. Mungkin hanya sepakbola yang bisa membuat rakyat negeri ini bersuka cita bersama, berteriak kemenangan bersama, hingga menangis bersama. Percayalah menonton sepakbola nasional lebih maknyuusss, lebih berasa.
Tolong jangan rusak harapan dan mimpi kami.
Sumber : http://suarasupporter.wordpress.com